Kepercayaan Bidang Industri Sudah Bagus, Produksi Manufaktur Kini Lebih Agresif

Kepercayaan Bidang Industri Sudah Bagus, Produksi Manufaktur Kini Lebih Agresif

Kepercayaan diri terhadap pelaku industri nasional dalam menjalankan usahanya dinilai masih cukup positif. Hal ini terlihat dari indeks manufaktur Indonesia yang tercermin melalui Purchasing Manager Index (PMI) dengan level 50,7 pada bulan September 2018.

PMI tersebut dirilis oleh Nikkei setelah menyurvei sejumlah manajer pembelian di beberapa perusahaan pengeloahan di Indonesia untuk melihat tingkat optimisme bisnis ke depan. PMI diatas 50 menandakan manufaktur tengah eskpansif. “Kepercayaan industri kita masih bagus dan perlu untuk ditingkatkan lagi,” ucap Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto di Jakarta.

Maka dari itu, pemerintah berkomitmen untuk menciptakan iklim bisnis yang kondusif dengan mengeluarkan berbagai paket kebijakan ekonomi dan memberi kemudahan izin usaha. “Selain itu, pemerintah juga sedang memformulasikan skema insentif fisikal yang lebih menarik sesuai kebutuhan pelaku usaha saat ini,” ungkap Menperin.

Fasilitias perpajakan dinilai dapat meningkatkan investasi sekaligus memacu pertumbuhan di sektor industri manufaktur. Menperin menyampaikan ada beberapa insentif fisikal yang tengah ditunggu oleh para pelaku usaha, antara lain adalah super deductible tax dan aturan terkaitnya pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). “Bahkan, pemerintah akan menerbitkan skema mini tax holiday untuk investor yang menanamkan modalnya dibawah Rp500 miliar,” pungkasnya.

Dari survei Nikkei, hasil produksi manufaktur di seluruh Indonesia naik selama dua bulan terakhir, disusul oleh sejumlah pesanan yang juga ikut naik selama delapan bulan berturut-turut sampai dengan September 2018. Permintaan pasar yang kuat ini dapat mendukung langkah eskpansi dari sektor industri. Hal ini dinilai dapat membawa dampak terhadap pertumbuhan lapangan kerja.

Ekonom IHS Markit, Aashna Dodhia, sebagai penyusun survei, mengatakan bahwa capaian indeks PMI Manufaktur Indonesia pada September 2018 didorong oleh dukungan permintaan yang kuat. “Menurut bukti anekdotal, rencana perusahaan untuk mengejar peningkatan inisiatif pemasaran dan diversifikasi produk merupakan faktor utama di balik proyeksi positif untuk output pada tahun mendatang,” ujarnya.

Di tingkat ASEAN, PMI Manufaktur Indonesia pada September 2018 masih mengungguli PMI Manufaktur Thailand (di level 50), Singapura (48), dan Myanmar (47,5). Adapun lima indikator indeks yang menjadi bobot penilaian PMI Manufaktur oleh Nikkei, yaitu pesanan baru, hasil produksi, jumlah tenaga kerja, waktu pengiriman dari pemasokbahan baku, dan stok barang yang dibeli.

Sebelumnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara menegaskan, Kemenperin bertekad mendorong kebijakan hilirisasi guna memacu industri manufaktur menciptakan nilai tambah tinggi terhadap bahan baku dalam negeri sehingga memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.

Dimata Internasional, Indonesia dipandang sebagai salah satu negara yang industrinya terbesar di dunia. Hal ini berdasarkan laporan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) yang menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-9 dunia sebagai negara penghasil nilai tambah terbesar dari sektor industri.

Selain itu juga jika dilihat dari persentase kontribusi industri, Indonesia masuk dalam jajaran 4 besar dunia. “Indonesia juga mengalami peningkatan pada Global Competitiveness Index, yang saat ini sedang mengalami kenaikan di posisi ke-36 dari sebelumnya peringkat ke-41,” tambahnya.

Comments

Popular posts from this blog

Rupiah Diprediksi Pelemahannya Terbatas

IHSG Telah Rebound Disaat Pasar Asia Tergelincir